Sabtu, 20 Juni 2009

Cahaya dalam Gelap

13/6/09-18:30
Ini bukan kali pertama aq naek kereta malam2. tapi entah kenapa, kali ini terasa ada beda waktu aq melihat ke luar jendela. Layaknya malam tanpa bintang dan bulan, gelap. Hanya sesekali tampak seberkas cahaya yang memancar dari lampu neon di rumah penduduk.

Aq berpikir tentang gelap. Dan tanpa di perintah, ingatan q kembali dimalam aq melewati Saradan dengan motor, sendirian. Dan g ada pengendara lain selain aq. Waktu itu bener2 gelap, bahkan dengan adanya cahaya dari lampu motor. Kegelapan yg paling gelap yang pernah aq temui seumur hidup. Aq Cuma liat depan, ga berani noleh kiri kanan, apalagi liat spion. Takut ngeliat apa yg g mau q liat. Ehmm, maksudnya bukan wajah q sendiri lo ya, hehehehe. Aq jadi sangat2 menghargai satu2nya cahaya dari motor q. terus menerus berdoa semoga lampu motor ini tak padam tanpa sebab, dan semoga aq segera menemukan cahaya dari rumah penduduk.

Suatu saat sebuah bis patas lewat, melaju dengan kecepatan kira2 100km/jam. Huah, cahayanya bener2 terang dan membuat cahaya lampu motor q jadi ga berarti. Aq yang setengah ketakutan g rela kehilangan cahaya super terang, lantas memutuskan mengejar bis itu. Aq gas pool motor merah kesayanganq. Sayang Cuma bisa jalan 90, lagian aq g berani jalan gila2an di tengah gelap yg bahkan belokan jalan pun ga kelihatan dari jarak 200 meter.

Bisnya terus melaju di depanq, membawa serta cahayanya yg super terang. Aq sendiri lagi, mengurangi drastis kecepatan motor jadi 55km/jam. Kembali bersyukur dengan cahaya motorq yg g seberapa.

Begitulah, aq jadi mengerti maksud orang bilang “kita hanya bisa menghargai cahaya ketika dalam kegelapan”. Tapi di kereta ini, aq pahami 1 hal: aq g mau hanya menghargai cahaya dalam gelap, aq juga akan menghargai semua cahaya yang ada dalam terang. Karna sederhana saja, tanpa cahaya2 itu keadaan akan menjadi gelap lagi.

1 komentar: