Sabtu, 30 Mei 2009

Jika Hari ini Turun Hujan

Pagi itu di Pekanbaru turun hujan, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari yang panas dan berkabut (berkat jasa hutan di Dumai yang terbakar). Aq dan bapak q memandang rintikan air itu dari teras rumah. Home sweet home. Hm, jadi kangen….

Tiba-tiba bapak tanya,”klo hujan gini siapa yang sedih, Lin?”.

Aq langsung mengkerutkan kening. Hujan biasa yang ditunggu-tunggu kaya gini, emang ada yang jadi sedih? Klo hujannya deras banget plus berpetir, atau hujan terus-menerus selama beberapa hari itu baru ada yang sedih. Ya kan bisa jadi banjir, tanah longsor, sulit pergi ke sekolah atau ngantor dll.

Belum dapat jawabannya, bapak uda nanya lagi ,” Klo hujan gini enaknya ngapain, Lin?”

“Tidur..!” aq menjawab sambil cengengesan. Heheh Sapa coba yang g pengen tidur hujan-hujan gini.

Tapi ekspresi bapak masi datar walau ada sesungging senyum di bibirnya.
“ Betul. Hujan-hujan gini enaknya emang tidur. Dan pasti banyak kan orang yang berpikiran kaya gitu?” kata bapak.

Aq mengangguk cepat-cepat. Ga sabar mnunggu klanjutan omongan bapak.

“Orang lebih memilih tidur dan jadi malas kemana-mana. Dan karna jaman uda canggih, orang tinggal telpon aja pesen makanan. Atau nahan laper sampe hujan reda lalu bli makanan jadi di deket rumah. Yang tadinya berencana masak dan blanja ke pasar, malah ga jadi. Atau jadi blanja tapi ga kepasar tradisional tapi ke supermarket. Trus sapa yang beli dagangan mereka di pasar? Dan lagi karena hujan, dagangan mereka jadi lebih cepat busuk. Mereka g tau caranya membuat sayur-sayur bertahan lebih lama. Jadi yang bisa mereka lakukan adalah menjual kembali dagangannya yang uda g bagus dengan harapan besar akan ada yang membeli. Menurut kamu berapa banyak orang yang akan membeli itu?” kata bapak panjang lebar.

“Sedikit,,,,,” jawab q lemah. Aq uda mulai bisa menebak arah pembicaraan ini. Aq jadi merasa, entahlah… Sedih? Kasian? Merasa bersalah?

“Sedikit… Jadi mereka rugi hari ini, ketika hujan, dan rugi esok harinya. Rugi 2 kali dengan untung yang ga seberapa. Terpenuhikah kebutuhan mereka ketika hari hujan? Masihkah mereka punya uang untuk kula’an lusanya? Bruntung klo mreka punya tabungan, tapi klo ga? Terpaksa ngutang kan, itu juga klo ada yang mau ngutangin….”. Bapak mengakhiri kalimatnya dengan helaan nafas panjang, lalu masuk ke dalam rumah.

Tinggallah aq di teras, sendirian memandang hujan. Menguap sudah keinginan untuk tidur. Ternyata ada cerita lain ketika hujan turun.

Sampai sekarang klo hujan turun aq slalu ingat crita itu. Tetap bersyukur dan bahagia menerima tiap curahan hujan karena yang harus di atasi adalah tempat dagangnya, bukan hujannya yang diberhentiin.

aq jadi berusaha tetap menjalankan niat meski hujan turun, karena bisa jadi aq lah penyambung rezeki sebagian orang saat hari hujan. aq blum sanggup membangun tempat yang layak utk pedagang tradisional jadi untuk Sementara cuma itu yang bisa aq lakukan .

Trakhir, Aq sangat bersyukur masih bisa dekat sama bapak dan memetik pelajaran darinya.

1 komentar:

  1. tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, baik itu melinda ato pun papa nya. karena tidak ada yang nama nya benar absolut dan salah absolut dalam diri manusia. semua nya adalah normatif, tergantung sudut pandang,,,

    tapi,,,
    kedewasaan seseorang membuat dia bisa lebih jauh,,, lebih dalam,,, lebih teliti dan lebih cermat ketika memandang suatu masalah.

    salut utk papa nya !!

    BalasHapus